Broken Home

Oleh: Savira Nabil Basmeleh

Savira

Kenalin aku puya temen namanya Dira. Kini ia tinggal tidak bersama dengan kedua orangtuanya. Melainkan bersama dengan paman dan bibinya. Dira mempunyai 1 adik laki-laki yang bernama Adi. Dira dan Adi memiliki masing-masing sifat yang berbeda. Dan sangat berlawanan keduanya. Dira memiliki sifat yang sangat lembut, pengertian, sabar dan pendiam. Berbeda dengan Adi yang memiliki sifat yang sedikit keras kepala, egois, suka marah,  tetapi juga suka mengalah

Suatu hari, pada saat ia berusia 6 tahun dan adiknya berusia 5 tahun. Mereka dikejutkan dengan masalah yang harus ia hadapi. Bahwa ia harus menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya harus berpisah. Ya memang mungkin pada saat itu mereka belum bisa merasakan bahwa mereka telah ditinggal oleh kedua orangtuanya. Dan ini sebabnya mengapa mereka kini diasuh oleh paman dan bibinya.

Banyak orang yang bertanya-tanya mengapa Dira dan Adi tidak diserahkan kepada salah satu orangtua mereka? Pernah sang bibi menjawab pertanyaan tersebut yang diajukan oleh salah satu orang tua dari teman Dira. Sang bibi menjawab. “ya, memang mungkin banyak orang penasaran kenapa saya ingin merawat kedua keponakan saya dan tidak diberikan kepada salah satu dari kedua orangtuanya. Karna memang inilah kewajiban saya”. Jawabnya singkat dan tersenyum. Karna sifat manusia yang selalu ingin tau itu pasti ada dalam dari manusia. Maka orangtua dari teman dirapun bertanya lagi. “loh, mengapa itu bisa menjadi kewajiban anda?”. Sang bibi pun menjawab.”apakah anda tahu disetiap keluarga orang lain tidak memiliki masalah? Orangtua dari Dira dan Adi memiliki  masalah cukup besar dan menurut saya, saya tidak ingin kedua keponakan saya menjadi mengerti tentang semua itu karna usianya yang masih belum mengerti apa-apa dan masih harus dibimbing. Ya itu sebabnya lah mengapa saya ingin merawat kedua keponakan saya”. Jawab sang bibi dengan lembut. Orangtua dari teman Dira pun terdiam. Dan tidak mengajukan pertanyaan lagi.

Sebenarnya ayah dari  Dira adalah orang yang ahli agama, orang yang rajin shalatnya, pandai mengaji.  Namun ayah Dira tersebut memiliki  pekerjaan yang bergantung kepada orangtuanya. Dan memiliki penghasilan yang kurang banyak menurut istrinya. Istrinya  ialah seorang mualaf yang baik dan dapat diatur.  Tetapi, istrinya selalu merasa kurang, tidak bisa menerima keadaan suaminya, dan susah diatur untuk sholat. Sebetulnya, inilah alasan sang bibi dan paman dari Dira dan Adi mengapa ingin merawat dan mendidik Dira dan Adi selama ini.

Tahun ke tahun Dira dan Adi semakin tumbuh menjadi remaja. Dira kini menjadi anak yang penurut dan pintar dalam agamanya. Ia sangat rajin untuk beribadah sholat dan mengaji. Dira mendapat banyak prestasi di sekolahnya. Dan Adi kini menjadi anak yang keras kepala dan tetap suka marah. Namun, dalam hal agama, ia tak kalah dengan kakaknya. Hari demi hari, tahun demi tahun yang mereka lewati tanpa kedua orangtua mereka, tak terasa. Dira telah menginjak umur 15 tahun. Di usianya yang ini, ia mengalami perang batin. Ia selalu merasa bahwa memang ia seperti tak memiliki orang tua. Paman dan bibinya yang sibuk dengan pekerjaanya masing-masing membuat Dira merasa kurang perhatiannya. Walaupun paman dan bibinya telah memberikan semua kasih sayang kepada Dira dan Adi namun, menurut dia ia masih ingin berkumpul dengan keluarga sesungguhnya. Terkadang, Dira merasa iri kepada setiap teman dan sahabatnya yang ia punya. Yang selalu bersama dengan kedua orangtuanya, foto bersama, pergi jalan-jalan dengan keluarga lengkapnya, bahagia dengan keluarganya, imaman dengan ayahnya, dan belajar ditemani ibunya. Rasanya itu hanyalah sebuah mimpi dalam benaknya.

“Aku sangat sayang dengan adikku, terkadang dalam benakku sempat berfikir, dari sifat tertutup di adiknya terlintaskah pikiran dan rasa ingin berkumpul bersama ayah dan bunda?”. Tanyanya dalam hati. “mungkin sifat pemarah yang dimiliki adiknya hanya sebuah pelampiasan kesedihannya? Ya, mungkin ia juga merasa seperti itu.” Pikirnya.

Dan sejak itulah terkadang Dira berfikir dan bercerita tentang pengalamannya kepadaku dan teman temanku. “Dan ini pesanku, bersyukurlah kalian yang masih bisa bersenang-senang, bercanda, tertawa bersama keluarga kalian yang masih lengkap. Yang ayah kalian bekerja dari pagi hingga sore hanya untuk kalian, dan ibu kalian yang ingin disamping kalian hanya untuk ingin tahu apa cerita kalian hari ini, yang tanya ada tugas apa hari ini? Dan ditanya pelajaran apa yang susah hari ini? Itu adalah waktu emas kalian yang bakal kalian kangenin waktu kalian dewasa nanti dan bahkan saat orang tua kalian telah tiada.” Ucapnya dengan lirih.

Dari sinilah aku bisa berfikir bahwa kalian yang membaca ceritaku ini masih memliki keluarga yang lengkap bersyukurah, dan sayangi lah kedua orangtua mu. Karna masa kebersamaan itulah yang akan kalian cari ketika kalian sudah tak mendapatkannya. Dan buat kalian yang sering mengeluh karena broken heart. Ketahuilah bahwa broken home lebih sakit dari pada itu.

Facebook
Twitter
Email
Print

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *