Edisi 1: Otak Normal dan Otak Sehat

Pada dasarnya anak yang terlahir ke dunia dilengkapi dengan berbagai potensi. Ada potensi fisik berupa kesempurnaan bentuk (ahsani taqwim,). Ada juga potensi kecenderungan untuk selalu meng-ilahkan Allah (fithrah). Juga potensi otak normal yang dilengkapi tiga modalitas dalam pengembangan untuk menuju otak sehat, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati (sam’a, abshor, dan af ‘idah).

Ada milyaran sel otak yang  diberikan oleh Allah saat manusia diciptakan. Ada sel otak yang sudah aktif ada juga yang belum aktif. Untuk mengaktifkan sel otak yang ada, maka peran pendengaran, penglihatan, dan hati cukup besar. Melalui proses mendengar, manusia menerima banyak informasi yang dapat mengaktifkan otak. Demikian juga, melalui penglihatan, manusia mampu untuk meniru apa yang diperbuat seseorang. Begitu juga hati memberikan respon positif maupun negatif yang bisa membangkitkan proses perkembangan otak.

Otak normal yang dimiliki oleh setiap anak akan bisa berkembang ke otak sehat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh apa yang didengar, dilihat, maupun perasaan mampu mempengaruhi hati. Untuk membangun generasi 45, generasi emas, maka semua sangat tergantung dari lingkungan yang akan membentuk anak. Otak yang mestinya bisa berkembang menjadi otak sehat bisa saja akan berubah arah menjadi otak yang sakit. Hal ini disebabkan pengaruh dari yang didengar, dilihat, dan perasaan yang bersumber dari dasar hati.

Dalam sebuah proses pendidikan, peran orang tua dan gurulah yang bisa mengantarkan anak-anak dari otak normal ke otak sehat. Segala yang terjadi pada diri anak selalu diawali dari rumah. Rumah menjadi sekolah pertama bagi anak. Anak mendengar suara yang masuk telinga dimulai dari rumah, dimulai dari orang tua dan keluarga terdekat. Begitu pula saat mulai melihat, maka anak melihat kejadian yang dimulai dari rumah. Untuk menjadikan otak normal anak berkembang ke otak sehat berarti membutuhkan lingkungan rumah yang sehat dan pendidikan yang baik. Kata kunci adalah keteladanan ucapan yang didengar serta sikap  perilaku yang baik. Aamiin.

 

Drs. Najib Sulhan, MA

Facebook
Twitter
Email
Print

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *