Edisi 5: Menyikapi Era Digital Native

Saat bertemu dengan Pak Mendikbud Prof. Anies Baswedan, yang sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta, beliau mengatakan Bahwa anak-anak sekarang hidup di abad 21. Sementara banyak guru dan orang tua yang masih berpola pikir abad 20. Lebih parah lagi, fasilitas di lingkungan abad 19. Ini menunjukkan adanya pola yang berbeda antara genarasi tua dan generasi muda yang kini telah memasuki abad 21.

Salah satu ciri abad 21 adalah komunikasi yang kini serba digital. Untuk melakukan sesuatu tinggal mejet tombol. Bahkan suatu ketika nanti peran guru sudah mulai terganti dengan yang namanya informasi teknologi (IT).  Segala informasi sudah diperankan oleh gedget. Namun ada peran guru yang tak akan tergantikan sampai kapanpun, yaitu keteladanan dalam bersikap dan bertutur kata.

Era digital native tidak sekedar anak memahami tentang digital. Jauh dari itu, anak adalah pengguna langsung digital. Segala informasi yang negatif dan positif begitu cepat diterima anak. Di saat anak belum mampu memanfaatkan digital dengan baik, maka fungsi digital itu amat merugikan. Pornografi, kekerasan, dan apa saja bisa dilihat secara fulgar. Untuk itulah dibutuhkan berfikir rasional dalam menghadapi tantangan zaman yang kian berkembang. Bukan dilarang dalam penggunaan gedget, tetapi memfungsikan dengan benar teknologi yang ada di dalam genggaman.

Jika anak mampu memanfaatkan teknologi dengan benar, banyak peluang yang didapatkan. Gedget bisa dijadikan sebagai sarana ilmu. Tinggal membuka dan mencari yang diinginkan, semua terjawab. Bisa juga dijadikan sarana untuk jual beli on line. Inilah era digital native. Siapa yang mampu memanfaatkan, maka akan banyak mendapatkan peluang. Sementara yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik, maka akan ketinggalan.

 

Drs. Najib Sulhan, MA

 

Facebook
Twitter
Email
Print

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *