Oleh: Moh. Achid Qiyamuddin Khoir
Pada suatu hari, ada seorang anak bernama kiki. Dia merupakan anak yang sangat berprestasi di sekolah nya, tentunya dalam bidang agama. Dia sangat suka bercanda dikelasnya. Dia sangat disukai oleh banyak temannya di sekolahnya. Biasanya, dia sering di tunjuk oleh gurunya untuk mengumandangkan adzan pada shalat jum’at. Dan dia suka membaca al-qur’an pada saat dia nganggur/tidak ada pekerjaan.
Pada suatu hari, dia ditunjuk oleh sekolah untuk mengikuti lomba tartil qur’an se-jawa timur di TRS [ Taman Remaja Surabaya ]. Dia ditunjuk dikarenakan prestasi-prestasinya yang telah dia peroleh sebelumnya. Akhirnya dia mau untuk mengikuti lomba tartil qur’an tersebut. Pada keesokan harinya, dia diberi jadwal untuk latihan menghafal surat-surat yang ditentukan oleh panitia perlombaan dikarenakan itu merupakan salah satu point untuk bisa memenangkan lomba tersebut. Selepas pulang dari sekolah, dia memberikan surat perizinan dari sekolah untuk ibunya dan berkata,
“Kiki, kalau kamu ingin memenangkan lomba tartil qur’an ini, maka kamu harus berlatih dengan sungguh-sungguh dan jangan lupa untuk terus beribadah dan berdo’a agar kamu bisa memenangkan lomba tartil qur’an ini. “ Ujar ibu.
Kiki berkata, “Iya bu, kiki akan berlatih dengan sungguh-sungguh agar bisa memenangkan lomba ini.”
Dan ibu berkata lagi, “Tapi ingat ki, menang merupakan masalah terakhir. Karena menang atau kalah merupakan suatu hal yang wajar dalam suatu perlombaan. Yang penting untuk di cari yaitu “Pengalaman”.”
Akhirnya malam itu kiki berlatih dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan kemanangan pada perlombaan besok lusa. Setelah semalaman suntuk dia berlatih, dia bangun pada tengah malam untuk melaksanakan shalat tahajjud dan tidak lupa untuk memanjatkan do’a kepada allah SWT. Setelah dia shalat tahajjud, dia kembali untuk melanjutkan tidurnya. Pada saat pukul 04.00 dia bangun untuk melaksanakan shalat shubuh berjama’ah bersama ayahnya. Selepas shalat shubuh berjama’ah, dia pergi berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, ayahnya berpesan, “Kowe kudu seneng qur’an… Wajib seneng qur’an…Allahumma adkhilna min ahlil qur’an.” Ujar sang ayah.
Akhirnya dia berangkat sekolah. Sesampainya di sekolah, dia dipanggil oleh guru untuk latihan menghafalkan surat-surat pendek di al-qur’an. Setelah latihan menghafal, dia melanjutkan pelajaran di kelasnya. Setelah dia mengikuti pelajaran, dia segera pulang ke rumah untuk istirahat untuk persiapan lomba besok. Akhirnya, hari yang dinanti-nanti telah datang.
Dia diantar oleh gurunya ke TRS [Taman Remaja Surabaya] untuk mengikuti lomba. Pada saat lomba, ternyata peserta-peserta nya memang bukan lawan yang gampang. Tetapi dia masih berpegang teguh pada pesan ayah dan ibunya. Setelah lomba selesai, waktunya pengumuman pemenang lomba. Di hati anak tersebut, anak tersebut merasa gemetar menunggu pengumuman pemenang lomba tersebut. Akhirnya, ternyata dia yang mendapatkan juara 2 lomba tartil Qur’an se-jawa timur. Di hati anak tersebut, anak tersebut merasa bangga dengan suatu prestasi ini. Akhirnya dia pulang dengan membawa nama baik sekolahnya, nama baik orang tua nya, dan tentunya nama baik dirinya sendiri.
Cerita ini memberikan pelajaran bagi si anak tersebut, bahwa suatu keinginan dapat dicapai dengan suatu kegigihan. Oleh karena itu, kita disuruh untuk tidak lupa beribadah dengan sungguh-sungguh dan berdo’a kepada allah SWT.