PERTEMPURAN GARUDA DAN ELANG

Karya: M. Fahmi Ardiansyah

Fahmi

Pada suatu hari di sebuah hutan rimba yang subur, hijau, penuh dengan pepohonan rindang tinggi menjulang hiduplah seekor garuda. Garuda itu bernama Si Mukha. Si Mukha sebenarnya memiliki sifat yang baik, sederhana, menerima keadaan, tidak serakah, tidak sombong. Tetapi maski dia baik, masih ada yang memusuhinya. Yang memusuhi Si Mukha adalah seekor elang yang bernama Jathayu. Jatayu memililki sifat yang sangat berbeda dengan Si Mukha, sifat iri, serakah, dan sombong.

Pada suatu hari ia mengusik ketenangan Si Mukha yang sedang tertidur pulas. Si Mukha terbangun oleh ulah Jathayu, Si Mukha berkata, “Siapa yang berani menggangguku?” Dengan congkak si elang congkak itu menjawab, “Aku Jathayu Sang Penguasa Hutan. Aku ingin menguasai wilayah ini dan menjadi raja di hutan ini.” Atas kata-kata Jathayu, Si Mukha tidak menghiraukannya.

Keesokan harinya Si Mukha sedang berkeliling hutan untuk mencari makanan. Setelah semua makan berhasil dikumpulkan, datanglah Si Jathayu. Dengan gaya bicara yang congkak, Jathayu mengucapkan kata-kata yang membuat Si Mukha menahan diri untuk tidak marah. Tetapi melihat reaksi Si Mukha yang masih tenang, Jathayu tetap mencari cara untuk mengusik kesabaran Si Mukha. Si Jathayu mengambil semua makanan yang dikumpulkan oleh Si Mukha. Si Mukha pun marah dan berkata,”Jathayu, apa yang kamu perbuat padaku? Apakah kamu sengaja membuatku marah? Bukankah aku tidak pernah mengganggumu. Tetapi mengapa kamu tega dan terus menggangguku? Apa yang sebenarnya maumu, Jathayu?”. Melihat Si Mukha marah, Jathayu pun tidak menghiraukan seolah-olah dia tidak mendengarkan amarah Si Mukha. Jathayu langsung pergi begitu saja tanpa kata maaf. Sebenarnya Jathayu senang melihat Si Mukha marah.

Suatu ketika di pagi hari yang cerah, Si Jathayu ingin mencari ikan di sungai. Dia mengajak temannya Si Cakra. Si Cakra diajaknya ke sungai. Setelah terbang cukup lama, sampailah mereka berdua di tepi sungai yang airnya mengalir deras dan sangat jernih. Sungai itu banyak sekali ikan. Ketika sedang asyik mengais ikan-ikan di sungai, Si Cakra ternyata tidak menyadari bahwa dirinya berada di hulu sungai yang sangat dalam dan alirannya sangat deras. Si Cakra terantuk batu dan tubuhnya mencebur ke sungai dan langsung menghanyutkan tubuh Si Cakra. Jathayu mulai sadar setelah sekian lama asyik makan ikan, dia ingat Si Cakra. Dicarinya Si Cakra dengan menyusuri tepian sungai. Di suatu tempat dekat tepi sungai itu Si Jathayu melihat Si Mukha yang sedang makan ikan. Karena Jathayu memusuhi Si Mukha, dia pun tidak mau menanyakan keberadaan Si Cakra kepada Si Mukha. Tidak jauh dari tempat Mukha makan, dilihatnya tubuh Si Cakra yang penuh luka dan darah tersangkut di sela-sela bebatuan. Si Jathayu pun berteriak karena kaget. Setelah didekati ternyata Si Cakra sudah tidak bernyawa. Mendengar teriakan Si Jathayu, Si Mukha pun lari mendekati Jathayu. Si Mukha bermaksud menolong jika Jathayu dalam kesulitan. Tetapi apa yang didapatkan oleh Si Mukha? Ternyata Jathayu tidak meminta tolong malah sebaliknya, dia menuduh Si Mukha sengaja membunuh Si Cakra lalu menenggelamkan tubuh Cakra ke sungai. Mendengar tuduhan itu, Si Mukha pun berkata,” Jathayu, kenapa kamu menuduh aku seperti itu? Aku tidak tau kenapa Cakra mati.” Jathayu pun tidak percaya.

Secara diam-diam Si Jathayu mengirim surat tuduhan atas pembunuhan Si Cakra. Surat itu berisi tentang pengakuan pembunuhan Cakra oleh Si Mukha. Dalam surat itu Si Jathayu menulis sebuah ancaman, “Jika kamu tidak mengaku bahwa kamulah yang membunuh Cakra, maka akan terjadi pertempuran. Aku memberimu kesempatan kurang lebih satu minggu.” Dalam hati Si Mukha menjawab, “Saya tidak membunuh Cakra, kenapa saya harus mengakui apa yang tidak saya lakukan”, pikir Mukha. Selama enam hari Jathayu selalu mengirimkan surat ancaman serupa kepada Mukha.

Sampailah pada batas hari yang telah ditentukan, Si Mukha dan Si Jathayu mengumpulkan balatentaranya. Pertempuran ini diawali oleh Jathayu banyak hewan yang mati karena pertempuran ini. Pertempuran ini berlangsung selama tiga hari dengan jumlah pasukan yang sedikit di pihak Si Mukha, tapi akhirnya dapat menyergap pasukan Jathayu. Pertempuran ini dimenangkan oleh pihak Si Mukha dan akhirnya si Jathayu menyerah dan berjanji untuk tidak iri , serakah, dan tidak sombong.

Facebook
Twitter
Email
Print

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *